Selasa, 23 Februari 2010

Fosil hidup di Perairan timur Indonesia

       Latimeria menadoensis atau yang lebih kita kenal dengan nama Coelacanth merupakan salah satu ikan yang menuai kontroversi   oleh para evolusioner, banyak di situs-situs yang memposting tentang ikan-ikan purba, namun saya akan menambahkan beberapa yang masih dianggap "hilang".
       Nama coelacanth berasal dari kata-kata Yunani; coelia (berongga) dan acanthus (duri), yang berarti ikan dengan duri berongga. Berbeda dengan jenis ikan pada umumnya, Coelacanth memiliki “rostral organ” pada bagian pernapasan sebagai sistem electrosensory, dan engsel pada tengkorak yang memudahkan bagian depan tempurung kepala untuk bergerak lebih cepat, sehingga juga memperluas terbukanya mulut saat bernapas. Karakter ini tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Keunikan lain termasuk lubang pengisi cairan “notocord” (yang biasa dimiliki oleh vertebrata primitif), hal ini memperkuat tulang belakang dan panjangnya tubuh.
      
              Coelacanth di Sulawesi yang dilihat pertama kali oleh Mark V. Erdmann dari University of California di Berkeley, AS dan istrinya Arnaz Mehta pada 1997 dalam keadaan mati dan dijual pada sebuah pasar tradisional di Manado, Sulawesi Utara..

Baru pada 30 Juli 1998, Erdmann berhasil memperoleh seekor ikan sepanjang sekitar 1,5 meter dan seberat 45 kilogram yang ditangkap jaring nelayan di sekitar Pulau Manado Tua, Selawesi Utara. Ikan yang sempat hidup selama sekitar tiga jam berhasil didokumentasikan dan diamankan sebelum dikirim ke laboratorium LIPI dan sekarang disimpan di Gedung Zoologi, Pusat Penelitan Biologi LIPI Cibinong, Kabupaten Bogor.
Dua ekor Coelacanth lainnya berhasil terekam di kedalaman 145 meter dasar laut Sulawesi pada tahun 1999 selama ekspedisi yang dilakukan para peneliti dari Max Planc Institute menggunakan kapal Baruna Jaya VIII. Meskipun hanya rekaman video, temuan-temuan selanjutnya tetap menggemparkan dunia.
Tubuh Coelacanth bersisik tajam. Ikan berwarna gelap dan memiliki sirip empat seperti kaki ini tidak membiarkan telurnya menetas di luar tubuh seperti ikan lazimnya. Telur yang telah dibuahi akan ditelan dan anak-anaknya baru dikeluarkan setelah telur menetas.
Coelacanth Ikan purba yang masih hidup sampai sekarang
Penemuan ini menjadi menarik sebab spesies ikan ini tidak mengalami perubahan anatomi tubuh selama jutaan tahun. Fosil Coelacanth termuda berusia 70 juta tahun dan yang tertua 360 juta tahun. Ikan tersebut sebelumnya diduga telah punah sebelum ditemukan kembali di pantai timur Afrika pada 1939.
Pada penelitian berikutnya, ikan yang diberi nama Latimeria chalumnae Smith juga ditemukan di sekitar Kepulauan Komoro di Samudera Hindia, Mozambik, dan Madagaskar. Populasi Coelacanth juga ditemukan di Pantai Sodwana pada November 2000.
"Sedangkan Coelacanth yang ditemukan di Indonesia memiliki sifat genetika yang berbeda dengan Coelacanth yang ditemukan di Afrika. Selain itu, hasil analisis DNA menunjukkan bahwa ikan yang hidup di Indonesia lebih tua dari ikan di Afrika," kata salah satu peneliti, Dr. M. Kasim Moosa, Pakar Biologi Laut dari LIPI
Para peneliti yang menemukannya mengusulkan nama Latimeria manadoensis untuk membedakannya. Menurut Kasim, Coelacanth kemungkinan sebagai cikal bakal makhluk berkaki empat yang hidup di darat. Coelacanth memiliki hubungan evolusi yang erat dengan ikan pertama yang hidup di pantai sebelum hidup di darat sekitar 360 juta tahun lalu.
Kasim juga menerangkan bahwa asal mula ikan yang di Afrika mungkin berasal dari Indonesia dan ada kemungkinan ikan-ikan tersebut hidup selain di Sulawesi, misalnya Filipina atau wilayah lainnya

Peneliti Indonesia dan peneliti dari Fukushima Aquamarine, Jepang, Senin siang kemarin (14/09) menemukan keberadaan ikan purba coelacanth di perairan Talise, Minahasa Utara, pada kedalaman 155 meter. Ikan ditemukan pada hari pertama tim yang bekerjasama beberapa kali itu memulai penelitiannya menggunakan wahana bawah laut tanpa awak

Pada siarannya melalui surat elektronik Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FPIK) Universitas Sam Ratulangi Prof Alex Masengi mengatakan, perjumpaan itu terjadi pada jam pertama penelitian di hari pertama. "Ikan dalam keadaan hidup dan tetap bebas di habitatnya," tulisnya.

Kelompok peneliti yang sama, 27 Juni 2007 lalu, juga menemukan ikan coelacanth di perairan Malalayang, Teluk Manado, Sulawesi Utara. Pada kedalaman 190 meter. Secara teori, habitat ikan coelacanth berada pada kedalamanan lebih dari 180 meter dengan suhu maksimal 18 derajat Celsius.

Ikan coelacanth hanya hidup di kawasan perairan barat Afrika Selatan dan kawasan timur Indonesia. Ikan coelacanth juga disebut sebagai ikan purba, karena diduga sudah ada sejak era Devonian sekitar 380 juta tahun silam. Dan, hingga kini bentuknya tidak berubah.

Para ahli sepakat, berbagai keunikan yang ada pada coelacanth yang belum terungkap merupakan kunci tabir evolusi makhluk bawah air. Karenanya, banyak ahli ikan dunia berlomba-lomba meneliti dan mengoleksi ikan tersebut, termasuk Jepang.



sumber :
http://johanwongs.blogspot.com
Wikipedia.com
Tempointeraktif.com
wwf.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar